Yayasan Sayap Ibu
Berbagi Kasih
tanpa Memandang SARA
Menyadari minimnya sarana sosial untuk Anak Penyandang
Disabilitas (APD), Yayasan Sayap Ibu (YSI) Cabang Provinsi Banten, yang awalnya hanya memfokuskan
pelayanan untuk anak disabilitas terlantar di dalam panti, kini juga
memfasilitasi
berbagai upaya rehabilitasi APD yang terbuka untuk semua APD dari keluarga
miskin.
Program jangka panjang Yayasan Sayap Ibu, membangun sebuah
pusat rehabilitasi, sehingga semua APD dari keluarga miskin juga
bisa mendapatkan
berbagai pelayanan medis dan non medis secara gratis.
Dalam
sebuah kesempatan, pada hari Sabtu, 17 Januari 2015, LDS dari Gereja Yesus Kristus mengadakan
serah terima bantuan kepada YSI-Banten dalam bentuk pengadaan peralatan klinik gigi sebagai sarana penunjang pencapaian pelayanan
maksimal untuk APD.
Di hari yang sama, YSI-Banten juga menerima sumbangan dari dr. Titi, pemilik Rumah Sakit Ibu & Anak
(RSIA) Lestari dalam bentuk tanaman herbal dan pohon rambutan yang langsung
ditanam bersama anak-anak YSI-Banten sebagai salah satu bentuk
terapi motorik
untuk anak-anak disabilitas.
“Bantuan dari LDS Gereja Yesus Kristus
dan RSIA Lestari ini merupakan bentuk kepedulian
masyarakat inklusif terhadap disabilitas,“ jelas Renowati Hardjosubroto, Humas
YSI-Bintaro.
Circle of Friends
Yayasan Sayap Ibu cabang Provinsi Banten
merupakan panti penyantunan dan rehabilitasi anak cacat ganda terlantar. Lembaga non profit dan non pemerintah
ini resmi
terbentuk pada tanggal 1
Oktober 2005, berlokasi di Graha Bintaro, Tangerang Selatan.
Yayasan Sayap Ibu cabang Banten memiliki berbagai relawan
dan donatur dari berbagai latar belakang pendidikan dan profesi,
serta melintasi
perbedaan suku, agama, ras, dan bangsa, untuk dapat berbagi kasih sayang,
berbagi kebahagiaan dan memberikan kehidupan yang lebih baik lagi bagi
anak-anak disabilitas.
“Kini, kami tengah mengampanyekan program circle of friends,
yaitu siapapun dapat berkontribusi sebagai sahabat anak-anak kami. Misalnya
untuk pendidikan, kemandirian, kesehatan, bermain, terapi, ahli gizi, dan
sebagainya,“ pungkas Renowati Hardjosubroto.
Teks: Benino Aspiranta - Foto: Dokumentasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar